09 February 2010

WISMA, PROBLEMATIKA DAN SOLUSINYA,

Maksud dari tulisan ini tidaklah sok menjadi problem solver bagi semua. Tapi yang jelas adalah bentuk kecil dari gundahan hati terhadap fenomena yang ada selama ini. Khususnya Wisma. Menarik bagi penulis ketika membahas topic yang satu ini. Karena ketika kita membahas wisma kita pasti akan membahas banyak orang, pribadi yang heterogen (meski samasama tarbiyah),watak yang berbeda, sampai gaya berjalan yang beragam.

Segala karakter manusia yang ditemui adalah sebuah catatan inda dalam hidup penulis. Beberapa problematika (tentu juga dengan solusinya) yang ditemui selama ini :

1. Kurangnya rasa bertanggung jawab terhadap kamar
Kamar yang kurang nyaman adalah masalah kebanyakan wisma yang notabene anggotanya adalah aktivis. Banyak kondisi wisma yang gak steril dalam pengadaan oksigen. Jangankan untuk hendak silaturrahim ke kamar, membangunkan penghuni lain saja sudah pusing. Kotornya kamar akan berdampak amat buruk dengan wisma. Sehingga membuat suasana wisma tidak nyaman dan kurang asyik. Karena bagaimanapun kebersihan wisma juga ditentukan oleh kondisi masing-masing kamar yang ada.
Solusi : refresh lagi pikiran dan pola hidup kita bahwa Islam adalah agama yang bersih. Buat agenda rutin untuk membersihkan kamar. Jika perlu buat daftar piket sesame anggota kamar untuk membersihkan kamar. Atau jika memungkinkan, adakan kompetisi kamar terbersih.

2. Egoisme beberapa anggota wisma.
Yap…ini merupakan factor terbesar dalam setiap permasalahan yang timbul di wisma. Tentu ini merupakan hal berat bagi satu wisma jika setiap anggotanya mengedepankan rasa egoisme
Solusi : mencoba untuk saling mengingatkan bagaimana tingginya bentuk itsar sahabat terhadap sahabat lainnya. Ingat kisah Abdurrahman bin auf ketika baru nyampe madinah di saat hijrah??beliau ditawari oleh sahabat Anshar untuk memilih istri sahabat anshar yang di inginkannya. Dan sahabat anshar itu ikhlas menceraikannya untuk dinikahi oleh Abdurrahman bin Auf. Nah…kita sanggup gak?

3. Tidak konsisten terhadap kebijakan yang ada di wisma.
Ini juga salah satu factor kehancuran sesama anggota wisma. Lah kok?? Iya donk…karena ketika salah seorang dari angota wisma melanggar kesepakatan yang telah dibuat bersama. Maka jika tidak diperingatkan , bersiaplah untuk menjadi wisma yang tak konsisten. Termasuk terhadap kata-kata sendiri. Pernah suatu ketika kebijakan wisma untuk langsung mencuci piring yang telah digunakan atau simpan dikamar. Nah hanya karena satu orang yang menunda untuk mencuci piring dan meletakkan di dekat sumur. Alhasil, pengikut piring tersebut
menjadi banyak. Akhirnya numpuk.
Solusi : ingat surat 61 ayat 2 dan 3. bahwasanya Allah membenci orang-orang yang mengatakan sesuatu padahal dia tidak melaksanakannya. Coba dibuat di mading wisma apa-apa saja yang telah disepakati, sehingga tidak ada kesepakatan ulang. Jika ada yang melanggarm kita hanya tinggal melihatkan peraturan yang dilanggarnya.

4. Figuritas, senioritas yang sudah luntur.
Wah kalo yang satu ini tentu adalah permasalahan yang dikembalikan kepada masing-masing pribadi senior yang berada disalah satu wisma. Ketika senior sudah tidak peduli terhadap wisma. Jangan harap anggota baru bisa konsisten dan betah terhadap wisma dan perangkatnya. Celakanya lagi jika senior adalah pembawa permasalahan terbesar dalam wisma. Misal jika junior sedang menikmati belajar, senior malah berhiruk pikuk dengan suara yang lantang.
Solusi : ketedalanan dalam dakwah adalah sebaik-baik dakwah. Budayakan saling menasehati antar sesame. Dan diharapkan tidak ada senior tunggal di satu wisma. Karena jika tunggal, ketika si tunggal itu membuat onar maka tidak ada senior lain yang dapat dijadikan contoh bagi junior.

5. Privasi yang tinggi.
Hihihi….adalah sebuah bentuk HAM (hak asasi manusia) dalam sebuah wisma. Tentu yang namanya privasi adalah sebuah hal yang tidak bisa kita hilangkan. Tapi juga tidak wajar jika privasi melebihi rasa ukhuwah antar sesame ikhwah.
Solusi : membuka komunikasi yang lebar dan memberi informasi yang pantas kepada anggota wisma. Hal-hal apa saja yang merupakan privasi bagi kita. Agar kelak mereka (anggota wisma yang lain) tidak salah.

6. Kurang paham terhadap sesama.
Yah…metoda tafahum adalah metode memberi tanpa harus meminta. Nah…kebanyakan dari kita kurang bisa menerapkan hal ini. Banyak diantara kita yang selalu meminta. “pahami ana akh…ana sibuk. Pagi rapat,siang kuliah, sore mesti rapat lagi” sehingga ini banyak amanah yang tidak terselesaikan dengan baik.
Solusi : baca lagi fiqh ukhuwah, menghindari prasangka, membudayakan tabayyun yang sehat, yang penting muhasabah diri adalah hal utama.

7. Tidur pagi.
Waaa….ini adalah sebuah pekerjaan yang enak dilakukan, asyik banget. Tapi gak ada landasan syar’inya. Ada-ada saja alasan kita untuk tidur pagi. “afwan akh, ana tidak datang rapat karena ketiduran” nah kalo udah gitu baru kita tau betapa benar Rasul kita untuk tidak tidur di pagi hari.
Solusi : lakukan manajemen waktu ala Nabi Daud atau Nabi Muhammad. Untuk membagi hari dan waktu sesuai kondisi diri. Dan komiment. Sebab tanpa komitmen semuanya nihil. Hidup sesuai rencana memang sulit, tapi hidup tanpa rencana jelas ngawur.

8. Tak bertanggung jawab.
Masih ingat dengan lirik lagu “kalo soal berkilah, abang emang rajanya”?. Nah perkataan itu sering kita rasakan. Banyak diantara anggota wisma yang seharusnya piket. Eh malah kabur atau pura-pura tidak ingat. Piket yang seharusnya dia lakukan, tapi tak ia lakukan hanya dengan alas “ana lupa akh, itukan fitrahnya manusia”. Waduh!!
Solusi : coordinator piket bersikap tegas terhadap pelanggar piket. Dan harus ada iqob yang diberikan bagi orang-orang pelanggar piket. Entah itu makan malam gratis atau ifthor gratis. Kan asyik.

9. Soleh pribadi.
Padahal sudah banyak ustadz yang mengatakan kepada setiap da’I untuk menjadi soleh social. Artinya soleh secara bersama-sama. Nah masih ingat dengan sebuah kisah tentang Negeri yang akan dihancurkan oleh Allah dimana dimulai dari salah satu rumah yang merupakan rumah orang saleh?. Bener juga sih kalo ibadah adalah urusan masing-masing. Tapi surga emang milik kita sendiri? Terlalu luas coy. Trus emang bidadari surga hanya untuk kita?
Solusi : ingat lagi bahwa peran kita sebagai da’I, penyeru manusia. Kemudian membudayakan saling mengingatkan antar anggota wisma.

10. Komentator atau raja berkilah.
Ini sepele se. Tapi cukup mengganggu esksistensi ukhuwah di suatu wisma. Ada-ada saja yang dikomentari oleh beberapa ikhwah yang melihat sikap ikhwah yang lain. Sehingga ketika ikhwah ada yang tidak ingin diganggu malah memarahi. Berdebatpun mulai. Akhirnya, cemberut dan lari kekamar.
Solusi : bicaralah seperlunya!

11. Kekanakan-kanakan dan selalu ingin dimanja.
Nah loh…emang ada ikhwan manja???hi…gak kuku deh. Tapi emang sih ada permasalahan seperti ini. Banyak ikhwan yang ingin piketnya digantikan, tugas di selesaikan oleh yang lain. Tapi semua dikembalikan ke pribadi masing-masing. Kali aja bawaannya emang anak manja.
Solusi : jangan membiasakan diri untuk menikmati rasa ukhuwah saudara kita terhadap kita. Kapan kita yang ber itsar?

12. Jarang mandi.
Waaa…..ada ikhwan jorok apalagi bau. Pernah suatu ketika seorang ikhwan mengundurkan diri dari makan berjemaah hanya karena tidak sanggup menghirup “pencemaran udara” dari akh yang disebelahnya. Nah fenomena ini paling banyak ditemukan bagi ikhwan yang aktivis papan atas tapi tak peduli terhadap diri. Kalo sudah seperti ini, jangan untuk mendengar dakwah fardiyahnya kita, mendekat saja si calon mad’u udah gak ngeh. Mending kabur dari pada deket dia. Kalo udah gini, merasa bersalah gak?
Solusi : usahakan dikantong ada parfum, didalam atas ada diadorane, parfum. Pokoknya jika tak sempat mandi masih ada solusi untuk wangi tanpa berlebihan.

13. Kurang memiliki jiwa pembelajar.
Ini lho salah satu permasalahan terbesar bagi beberapa anggota wisma. Masa sih hanya untuk membaca 30 menit sehari untuk up grade diri aja gak bisa. Sesibuk apa se lo??
Solusi : budayakan membaca. Karena itu sarana up grade diri.

14. Managemen waktu jama’ah.
Kalo bahasa kerennya se manajemen team work. Amal jama’I bahasanya orang arab. Kebanyakan wisma menjadikan setiap jam adalah se enaknya. Jam tidur tidak diatur, jam belajarnya kapan? Jam ngumpul bareng gimana? Nah ini harus dipikirkan. Jam untuk rihlah kelaurga besar wisma.
Solusi : buat jadwal yang jelas dan rapi serta diketikin dan diprint. Missal, jam ngumpul bareng ba’da manghrib sampe qobla isya. Ba’da isya adalah waktu belajar. Dst.

15. Telat bayar logistic.
Ish…ini berat seh untuk disampaikan. But the way, ini adalah permasalah vital dalam keluarga yang bernama anggota wisma. Bagaimana mungkin bisa berdakwah jika beras untuk dimasak saja tidak ada.
Solusi : jika tak ada uang membeli beras. Kan bisa ngutang ma temen di wisma. Kemudian berhemat!

16. Tidak ada adab antar sesama.
Ketua wisma dicuekin, anggota wisma di tindas oleh penguasa wisma. Kalo ini terjadi, wajar aja sesama anggota wisma kurang harmonis.
Solusi : saling menghormati itu adalah adab islam coy. Biar nasehat datang dari mana aja, asal itu benar. Kenapa gak.

16. Ledekan, sindiran.
Ini masalah besar juga diwisma. Budaya “cimeeh” menjadi bahan tak pernah lepas. Terutama di wisma ikhwan (karena emang penulis belum pernah tinggal dirumah akhwat).
Solusi : kurangi ngeledek karena bisa-bisa membuat saudara kita tersinggung. Mending kalo Cuma ikhwan yang diledekin lari kekamar dan ngunci pintu. Kalo dianya future karena melihat tingkah ikhwannya??hayoooo……

Dan lainnya yang mungkin penulis tak bisa sebutkan atau tak terpikirkan. Karena memang penulis adalah hamba Nya yang dho’if.
Banyak maaf. Semoga bermanfaat.

Oleh :Retnowanti

2 comments:

  1. Anak - anak Zahiro ...ayo ni di baca ya...wah jadi pada kena ni kayaknya...terutama pasal 3, 4, 7 dan 16 ...telak banget semoga menyadarkan kita bersama.....

    ReplyDelete
  2. Siap bozzzzzzzzz

    ReplyDelete